X ATU 1 - KARAKTERISTIK TERNAK UNGGAS
- Secara keseluruhan, karakteristik ini menjadikan unggas ternak yang memiliki siklus produksi cepat namun memerlukan manajemen intensif dan ketat, terutama dalam hal biosekuriti dan pengendalian lingkungan.
1. Karakteristik Fisiologis dan Anatomis Unggas
Karakteristik ini membedakan unggas (kelas Aves) dari mamalia dan ternak lainnya, memengaruhi manajemen pemeliharaannya.
Berdarah Panas (Homeoterm): Unggas mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi dan konstan, sekitar 40∘C hingga 42∘C.
Contoh Nyata: Peternak harus menjaga suhu kandang agar unggas tidak mengalami heat stress (stres panas), terutama pada ayam pedaging yang pertumbuhannya cepat. Kandang harus memiliki ventilasi yang baik dan kadang dilengkapi kipas atau cooling pad.
Paruh dan Tanpa Gigi: Unggas menggunakan paruh untuk mengambil makanan, dan tidak memiliki gigi. Proses penggilingan pakan dilakukan oleh organ dalam yang disebut gizzard (rempela).
Contoh Nyata: Pakan unggas harus diformulasikan dalam bentuk tepung (mash) atau butiran (pellet) yang sesuai agar mudah dicerna. Terkadang, peternak memberikan grit (kerikil kecil) untuk membantu kerja rempela.
Sistem Pernapasan Efisien: Unggas memiliki paru-paru kecil yang dibantu oleh kantung udara (saccus pneumaticus) yang menyebar hingga ke tulang. Ini membantu pertukaran oksigen dan juga mendinginkan tubuh.
Contoh Nyata: Penyakit pernapasan seperti Chronic Respiratory Disease (CRD) atau Avian Influenza (AI) dapat menyebar sangat cepat dalam populasi karena sistem kantung udara yang terhubung. Vaksinasi dan biosekuriti menjadi krusial.
Reproduksi Ovipar (Bertelur): Unggas menghasilkan telur yang merupakan produk utama (ayam petelur) atau bagian dari siklus hidup yang harus dijaga kualitasnya (bibit DOC).
Contoh Nyata: Pada ayam petelur (layer), peternak memanen telur setiap hari dan mengukur kualitasnya berdasarkan berat telur, warna kerabang, dan satuan Haugh (kualitas albumen).
2. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi
Karakteristik ini sangat menentukan jenis budidaya dan strategi usaha peternakan.
Pertumbuhan yang Sangat Cepat (Eksplosif): Unggas, khususnya ayam ras pedaging (broiler), memiliki potensi genetik untuk mencapai bobot panen dalam waktu yang sangat singkat.
Contoh Nyata: Ayam broiler bisa mencapai bobot panen 1,8−2,2 kg hanya dalam 30−40 hari. Ini kontras dengan ayam kampung yang butuh 3−4 bulan untuk bobot yang sama. Ini membuat siklus modal usaha menjadi cepat.
Efisiensi Konversi Pakan (FCR) yang Rendah: FCR adalah perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg produk (daging atau telur). Unggas komersial memiliki FCR yang sangat baik.
Contoh Nyata: Ayam broiler modern bisa mencapai FCR sekitar 1,4−1,6. Artinya, hanya dibutuhkan 1,4−1,6 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg daging. Peternak selalu berusaha menekan angka FCR ini.
Produksi Telur Tinggi dan Siklus Pendek: Ayam petelur modern memiliki kemampuan bertelur harian yang sangat tinggi.
Contoh Nyata: Ayam layer pada masa puncak bisa mencapai Produksi Telur Harian (Hen-Day Production) di atas 90%. Dalam satu siklus produksi (sekitar 12 bulan), satu ekor ayam bisa menghasilkan 280−300 butir telur.
3. Karakteristik Perilaku dan Sosial Unggas
Perilaku unggas sangat memengaruhi manajemen kelompok di dalam kandang.
Pecking Order (Hierarki Sosial): Unggas membentuk urutan dominasi. Ayam yang lebih kuat akan mendapat akses lebih baik ke tempat makan dan minum.
Contoh Nyata: Dalam kandang litter (sekam), ayam yang lemah seringkali terintimidasi dan kurang mendapat pakan, mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seragam (unevenness). Peternak harus menyediakan tempat pakan dan minum yang cukup agar semua ayam dapat makan secara nyaman.
Dust Bathing (Mandi Debu): Perilaku alami menggali dan mengguling-gulingkan diri dalam debu atau sekam.
Contoh Nyata: Perilaku ini membantu membersihkan bulu dari parasit seperti kutu. Pada kandang litter, siswa jurusan Agribisnis Ternak harus memastikan kondisi sekam kering dan pulverized (mudah dipecah menjadi debu) untuk mendukung perilaku ini dan menjaga kesehatan kulit unggas.
Rentang Terhadap Stres dan Kanibalisme: Unggas yang dipelihara secara intensif sangat rentan terhadap kondisi lingkungan buruk (suhu, kepadatan) yang dapat memicu kanibalisme (saling mematuk).
Contoh Nyata: Jika kepadatan ayam broiler terlalu tinggi atau ventilasi buruk, ayam akan stres dan mulai mematuk bulu atau kloaka temannya, menyebabkan luka. Solusinya adalah pengaturan kepadatan kandang (misalnya, 6−8 ekor per m2) dan pemotongan paruh (debeaking) pada ayam petelur.
Pecking Order (Hierarki Sosial): Unggas membentuk urutan dominasi. Ayam yang lebih kuat akan mendapat akses lebih baik ke tempat makan dan minum.
Contoh Nyata: Dalam kandang litter (sekam), ayam yang lemah seringkali terintimidasi dan kurang mendapat pakan, mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seragam (unevenness). Peternak harus menyediakan tempat pakan dan minum yang cukup agar semua ayam dapat makan secara nyaman.
Dust Bathing (Mandi Debu): Perilaku alami menggali dan mengguling-gulingkan diri dalam debu atau sekam.
Contoh Nyata: Perilaku ini membantu membersihkan bulu dari parasit seperti kutu. Pada kandang litter, siswa jurusan Agribisnis Ternak harus memastikan kondisi sekam kering dan pulverized (mudah dipecah menjadi debu) untuk mendukung perilaku ini dan menjaga kesehatan kulit unggas.
Rentang Terhadap Stres dan Kanibalisme: Unggas yang dipelihara secara intensif sangat rentan terhadap kondisi lingkungan buruk (suhu, kepadatan) yang dapat memicu kanibalisme (saling mematuk).
Contoh Nyata: Jika kepadatan ayam broiler terlalu tinggi atau ventilasi buruk, ayam akan stres dan mulai mematuk bulu atau kloaka temannya, menyebabkan luka. Solusinya adalah pengaturan kepadatan kandang (misalnya, 6−8 ekor per m2) dan pemotongan paruh (debeaking) pada ayam petelur.
kakean males moco aku
BalasHapusSTECU
BalasHapus